Manuver Millenial, Andil Membangun Pertanian

Dunia mengenal Indonesia sebagai negara agraria, negara dengan sumber pangan yang melimpah, alam tropis yang mampu menjadi rumah besar nan nyaman dari bebagai jenis tanaman antara lain : tanaman pangan, hortikultura, dan sebagainya. Dengan struktur geografis yang mendukung — masyarakat Indonesia untuk memilih menjadi petani sebagai salah satu sumber mata pencaharian besar di Indonesia.

Waktu berjalan dengan ruang yang mulai bergeser, kultur budaya tak lepas dari pola masyarakat yang lambat laun meninggalkan kegiatan bertani. Profesi yang dianggap rendah, memunculkan stigma bahwa jika seorang ayah hanya mampu bertani, anaknya harus memiliki profesi yang lebih terpandang.

Pola pikiran seperti ini kurang tepat, pasalnya petani merupakan profesi yang mulia. Bahkan tokoh dunia sekaliber Che Guevara pernah berkata “Petani itu adalah seorang yang berkeyakinan baik, orang yang bermoral tinggi, dan memiliki cinta kepada kebebasan yang kokoh”. Dalam kutipan tersebut Che Guevara menegaskan bahwa seorang petani merupakan profesi atau golongan tanpa kemunafikan, golongan yang bebas dan tanpa pamrih dalam menjalani profesi yang sangat-sangat dibutuhkan oleh umat manusia. Jadi kesimpulannya adalah petani merupakan orang-orang yang mulia asal mampu memanfaatkan dan mengelola alam secara bijak.

Lantas, apa yang membuat kita malu sebagai seorang petani?

Generasi Indonesia yang lahir dalam kurun waktu 1990-2000 disebut-sebut sebagai generasi millenial — generasi dimana terlahir saat masa-masa krisis bangsa Indonesia. Namun beban berat berada dipundak kita, dimana kita harus menjadi pembaharu, penyempurna, dan penguat apa yang telah ada dan telah berjalan untuk Indonesia yang  lebih maju.

Dalam hal pertanian, diharap generasi muda menjadi inovator-inovator handal dengan perubahan yang baik dan memajukan bidang pertanian. Namun jika generasi muda yang mampu mengenyam jenjang pendidikan tinggi malah menjaga jarak dengan petani atau masyarakat awam. Sudah barang trentu pendidikan hanya membawa kita kepada peningkatan derajat sosial, bukan manfaat yang baik bagi seluruh masyarakat.

“Bila kaum muda telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memilih cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali” – Tan Malaka.

Di sini kami (Jimmy Hantu Ratu Biogen) berjuang untuk andil dalam pembawa perubahan dalam bidang pertanian, dengan gerakan pertanian organik yang sejalan dengan visi misi pemerintah. Berharap masyarakat khususnya petani Indonesia mampu meraih kesejahteraan tanpa merusak alam secara membabi buta dengan bahan kimia.

Dengan sistem yang telah berjalan, kami memiliki banyak tim lapangan dengan usia yang masuk dalam generasi millenial. Zona nyaman serta kasta sosial mereka tinggalkan guna melebur kepada masyarakat pertanian untuk membawa misi bagaimana membantu petani tetap memperoleh hasil panen berlimpah dengan memanfaatkan bahan-bahan alami untuk melakukan proses bertani.

Aral rintang telah mewarnai cerita tim lapangan kami, namun cerita tersebut berakhir dengan kegembiraan tatkala mereka mampu menghantarkan petani pada puncak produksi (panen). Dengan cerita yang cukup membanggakan bagi kami mulai dari hasil panen padi yang melebihi standar panen, buah yang melebihi ukuran normal, ataupun rasa syukur dari petani yang berhasil dalam proses bertani.

Kami berharap generasi muda tak pernah lelah membawa Indonesia yang lebih baik, khususnya dalam dunia pertanian, tanpa lelah kita harus bersama membawa visi misi yang telah dicanangkan pemerintah yaitu tentang “pertanian organik” – serta menghantarkan masyarakat Indonesia kepada puncak kejayaan memalui bidang pertanian.

Salam Petani Indonesia !!!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *